Kamis, 07 Juni 2012

Tengku Bertanya

Karya: Haekal Afifa

Agustus 1999
Setelah Seribu Delapan Ratus Dua Puluh Lima Tahun
Kami tak pernah menjadi Hopferdom kompeni
Kami tak pernah berkolusi dengan abdi ratu Nedherland
Kami terbiasa mencuci mata rencong dengan darah para kafir
Kami begitu dekat dengan bumi tengku tengku
Kami begitu lekat dengan khalifah Serambi Mekkah
Kami begitu ketat dengan semangat ukhrawi
Itulah kami
Yang berdentang di ujung barat Sumatra



Setelah kebanggaan kepada anak anak negeri
Setelah Syech Maulana Malik Ibrahim, Syech Maulana Yusuf, Nuruddin Arraniry, Teuku Umar,Tengku Chik di Tiro, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Daud Beureu’eh, atau sekelas…..
Tengku Bantaqiah yang harus terkoyak di bumi merdeka……
Katanya !!!

Selama ini kita terlalu bermanis-manis dikepahitan
Selama ini kita terlalu imut imut di kepedihan
Selama ini kita terlalu sabar di ketidakadilan
Mari….
Mari kita hitung dengan jari kita
Sudah berapa puluh ribu kematian dalam era merdeka ?

Tengku bertanya…..
Siapa yang merdeka ??
Siapa yang bebas ??
Siapa yang istimewa ??
Siapa ?!?

Kami tidak pernah menikmati hakikat kemerdekaan
Kami tidak pernah merasakan apa makna kebebasan
Kami tidak pernah menemukan apa arti keistimewaan

Tengku bertanya…..
Dikemanakan isi perut bumi kami ?
Dikemanakan hasil permukaan bumi kami ?
Kemana…….. ?!?
Jawabnya…. Jawabnya….!!
Centralisasi Development of Jakarta..
Tempat bersemanyam para pialang dan cukong raja tega
Sehingga politik dijadikan kuda troya kekuasaan para mafia

Sementara……!!!!
Kami di Idi Cut, Pantonlabu, Blang Kandang, Buloh Blang Ara,Kreung Tuan, Matang Glumpang Dua, Samalanga, Tijeu, Tiro…..
bahkan sampai keMeulaboh
merintih dan menangis
Ketika…
Istri kehilangan suami
Anak kehilangan bapak
Bapak kehilangan ibu

Ketika………
Peluru semurah kacang polong
Nyawa semudah putus tali
Kehormatan bagai hiburan
Harga diri di injaki
Siapa…?!?
Siapa yang terkapa
Di jalan jalan
Di kampung kampung
Di hutan hutan
Di sungai dan jembatan
Siapa…?!?

Mereka pewaris pertama negeri rencong
Mereka rakyat biasa

Yang tak paham politik dari jenis A sampai Z
haruskah terus berlanjut ??
Sementara
Kita masih mengelus ngelus dasi
Melihat kebiadaban yang diwariskan



.........
sebuah puisi karya Haekal Afifa yang berjudul Tengku Bertanya. Puisi ini dibacakan oleh Nurmaida Atmaja di Anjong Mon Mata, Komplek Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Sabtu malam (17/03/2012) pada acara Pelantikan Dewan Pengurus Wilayah Forum Perjuangan Keadilan Rakyat Aceh (FOPKRA), puisi ini juga pernah dibacakan ketika FOPKRA melakukan demontrasi di Jakarta pada masa konflik dahulu.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com