Sore belum datang hujan
duluan mampir, perputaran jarum jam hanya masih pada angka 15:12, hujan
menguyur tanpa lengkuk pelangi, ntah ia merajuk seperti kata kawan ku tempo
hari. Jangan-jangan ia muncul ditempat lain, dikaki gunung yang rimbun dengan
pepohonan. Ah, sore kau datang dalam dingin mengigil, sepi merayap dari lalu
lalang pengendarai sepeda motor, aroma masakan mie tercium mengoda perut yang
baru saja terisi. Kopi ku pahit seperti cerita ku pada kawan yang lama tak
bersua, adukannyapun masih pekat, sebuah tanya kerap ia hadir pada ku, kenapa?.
Hal demikian mudah adanya menjawab, pertama memang aku hitam tetapi hitam
manis, kedua zat gula memang sudah ada dalam tubuhku, ya pahit saja aku
meneguknya.
Cinta, hal unik selalu
asyik dibicarakan, seperti selendangnya wanita dipermainkan terpaan angin,
perlahan namun mengayun. Dueh cemara meliuk bagaikan seruling membuat ular
selalu menari. Tiba-tiba saja aku teringat kata ustad semalam dalam cermah
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, “karena cinta hingga mempermudah memaafkan
kesalahan orang yang dicintai”. Maksud ustad tersebut. Ketika penganti baru
menikmati malam pertama yang penuh bunga-bunga cinta, seakan dunia milik berdua
tapi dikamar itu saja diluarnya milik orang lain, santing senangnya,
bahagiannya. Namun sang isteri membuat kopi untuk sang suaminya disuguhin penuh
cinta dan kasih sayang tetapi lupa sang isteri menaruh gula dalam kopi
tersebut. Sang suami pun meminum kopi namun sungguh pahit dengan matanya pun
meremmerem, lalu sang isteri bertanya ;
“Cut Bang, bagaimana
rasa kopinya”
Kopinya sungguh-sungguh
enak dek
“apa kopinya pahit Cut
Abang atau memang manis”
Kopinya sungguhnya
menis kata suaminya sambil meneguk lagi.
Dueh lelaki mudah
memaafkan kesalahan isterinya yang lupa menaruh gula dikopinya, tersebab cinta
lagi berbunga-bunga.
Hujan masih saja
menguyur, suara petir mengagetkan, pun aku melirik kisah cinta terlihat
sekarang memang sulit terjangkau dengan akal sehat, yang mungkin mereka
mengambil peran dalam membenahi cinta yang kata orang cinta buta atau cinta
pandangan pertama, wadueh.
Akupun tak yakin akan
cinta demikian rupanya, dari mana gejolak muncul, jangan-jangan dari pandang
betis lagi, ehem
Mencintai lalu
dicintai, apakah selesai masalah hati?, mencintai terkadang lupa diri akhirnya
mudah patah hati, lantaran apa ia mencintai?. Dicintai terkadang pula
ogah-ogahan untuk meladeni, merasa diri hebat, congkak bahkan hal-hal lain
merajai ego.
Ternyata masalah tak
terselesai disana, ya akhirnya putus yang diatasnamakan cinta. Namun sepihak terkadang
tak bisa menerima, ingin bertarung kembali bahkan memperlihatkan seakan ia
didzalimi oleh orang yang dicintainya, wow dendam ni ye.
Banyaknya laki-laki
berbicara keadilan, perlindungan. Namun dia tak menghiraukan perasaan dan hati
perempuannya. Kalau emang dia cinta, kok tega-teganya sich dia katakan yang
bukan-bukan untuk perempuannya apalagi sampai terjadi kekerasan. Dueh itu bukan
cinta namanya, tetapi kekerasan berkedok cinta.
Katakan saja yang
sanggup dipertanggungjawabkan, banyaknya laki-laki lemah dihadapan perempuan
hingga berbagaimacam cara dilakukan agar dapat berkomunikasi dengan pacarnya,
padahal jelas-jelas sudah putus. Sayang ya perempuannya tetapi lebih sayangnya
lagi tu laki-lakinya selemah itu imannya.
Pria adalah imam dan
sekaligus pelindung bagi wanita, pendapat atau suara perempuan harus
dipertimbangkan oleh seorang pria agar tidak terjadi kesewenang-wenangan.
Cerita dalam guyuran,
ketimbang bosan lebih baik buat coretan. Semoga ada manfaat untuk saya pribadi
khususnya dan umumnya untuk sahabat yang membaca.
Salam Sayang Penuh
Cinta Selalu
Nasruddin OOS
Sikabu, 18 April 2012
0 komentar:
Posting Komentar