Rabu, 30 Januari 2013

Aku Masih Sangat Mencintainya, Walau Aku Seorang Istri

NASRUDDIN OOS | 10 Januari 2012 |Sikabu | Foto : Ilustrasi diambil digoogle
Foto : Ilustrasi diambil di Google
Foto : Ilustrasi diambil di Google
Wajah senja baru saja berlalu. Segelas kopi masih ada di atas meja yang beralaskan plastik bermotif kotak-kotak. Namun, suara jangkrik masih terdengar asyik mendayung mendung walau di luar langit terlihat gelap. Belum kelihatan ada purnama dengan rembulan bersabit. di upuk sana.
Kebisingan adalah khas sebuah warung kopi. Itu hal lumrah yang biasa ditemukan di setiap penjuru negeri, tak kecuali di tempatku; Gampong Cinta! Deringan suara handphoneku pertanda satu pesan singkat dari seseorang. Entah siapa yang mengirimkannya. Aku melihat nama Sari disana. Dia adalah sahabat lamaku yang ku kenal ketika kami masih duduk di SMA kelas satu.
Sari sudah bekerja sebagai seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Kabupatenku. Dia menjabat satu posisi penting di rumah sakit milik pemerintah daerah. Aku sudah lama tak melihat bagaimana wujud Sari sekarang. Aku mencoba mengingat berapa lama kami sudah tak saling menyapa dan berbagi senyuman. “Hmm, selusin tahun yang lalu. Ini waktu yang cukup lama bagi dua sahabat lama“, pikirku dalam hati. Baru-baru ini saja kami bertemu secara tak sengaja, dan kami pun berbagi kontak pribadi. Kami mulai membangun komunikasi kembali. Kecanggihan teknologi ternyata berbuah berkah bagi banyak orang. Seperti aku dan Sari. Kami bisa saling mengetahui kabar masing-masing hanya dengan mengirimkan pesan singkat lewat perangkat yang canggih itu. Ini sebuah kemajuan zaman yang luar biasa bila dibandingkan dengan masa sekolah di SMA dulu. Banyak orang menggunakan surat sebagai perangkat komunikasi dan tentu saja dilabeli perangko untuk dikirimkan via kantor pos. smsnih
Kami berdua asyik berkirim pesan dan membalasnya dengan handphone masing-masing.
“Saya sudah gila ni, apa obatnya”
“Kok gila, ada apa ? Kamu harus ambil wudhu dan Shalat. Ia akan menjadi do’a yang ampuh untuk tenangkan pikiranmu”
“Jadi teringat terus ama dia, aku sedang gak bisa Shalat…tahu kan kenapa ? Biasalah wanita..hehe. Dia bukan siapa-siapa  tapi hatinya, senyumnya, tawanya, pokoknya semua tentang dia”.
“Kamu berhalusinasi, perasaan itu harus dikontrol…ditenangkan..“.
“Apapun yang terjadi, dia akan jadi milikku. Tak perduli apa kata orang, suatu saat pasti terjadi”.
“Istiqfar dan baca yasin-yasin dulu, agar pikiran jernih dan kembali tenang. Jangan salah melangkah, demi anak-anak mu. Jangan biarkan anak-anak mu tertekan dengan keegoisan yang belum tentu benar ”.
“Iya, aku sadar siapa diriku, kalau pun aku janda belum tentu keluarganya mau menerima. Tapi untuk sekarang izinkan aku untuk ingat dia, biar hidupku lebih semangat ketika menghitung hari”.
“Kalau janda itu persoalan lain, tapi kamu sekarang adalah seorang isteri dan seorang ibu bagi dua anak mu. Jangan minta izin untuk kamu ingat dia sama aku.
“Bagiku mengingat itu wajib, gratis, nggak merepotkan. Aku sadar, tapi aku nggak bisa melawan perasaan ini. Aku nggak bisa menipu diriku sendiri. Aku jatuh cinta lagi, cinta yang terlarang terhalang oleh keadaan. Aku sadar. Terima kasih sudah mengingatkan aku, kamu memang sahabat ku yang paling baik”.wanita-muslim-ilustrasi-_120503210205-254
Obrolanku dengan Sari semakin mempertegas bahwa keinginan kuat seorang perempuan tak bisa dibendung oleh siapapun. Sulitnya lagi adalah membendung keinginan perempuan yang telah bersuami seperti Sari. Ia belum paham akan eksistensi cinta yang telah ada padanya.
Sari ingin kembali ke masa lalunya. Benih-benih cinta pertama yang pernah tumbuh di masa lalu pun ingin disemi kembali. Kerinduan akan hal-hal indah ketika usia remaja. Perasaan yang umumnya dimiliki gadis tujuh belasan tahun. Cinta yang pernah dibina Sari dengan seorang lelaki di masa lalunya masih membekas di hati. Mereka berdua berpisah karena sesuatu hal yang biasa, salah paham ! Sari masih bisa melukiskan bagaimana perawakan lelaki remajanya itu. Namanya Arif ! Dia lelaki yang agak pendiam, berkulit sawo matang, dan tentu saja lelaki ini berhasil membuat Sari jatuh cinta kala itu. Hingga sekarang, Sari masih ingat bagaimana indahnya cinta pertama itu.
Entah apa yang diharapkan pada Arif. Padahal, Sari tidak memiliki masalah dengan materi. Harta yang sekarang dimilikinya bersama suami lebih dari cukup. Mereka sudah bisa disebut orang kaya. Namun, Sari belum rasakan kebahagian selama menikah dengan suaminya. Ia belum pernah dengarkan suaminya ucapkan cinta padanya. Suasana romantis, ya Sari adalah wanita yang ingin dimanjakan jiwanya oleh lelaki. Hingga kini, meski sudah memiliki dua anak laki-laki, Sari belum nikmati cinta dan bercintanya yang indah !
“Aku telah rapuh sekarang, nggak setegar  dan sekuat dahulu. Ibarat kapal nggak tahu tempat berlabuh kegalauan yang mendera, kemana aku harus berpegang, nggak tahu harus bicara apa dan berbuat apa, hanya ada bayang-bayang masa depan yang suram. Nggak tahu harus berpegang kepada siapa. Apakah aku nggak boleh bahagia, tertawa seperti orang-orang lain. Apakah yang terjadi mungkin ini karma atau memang sudah suratan takdirku, karna pernah mengecewakan dia dimasa lalu, kemana aku harus pergi dan kemana ku cari sesuatu rasa yang pernah ada dan kini muncul lagi dan harus dilenyapkan  lagi”
Harta tak mampu menjamin seseorang meraih kebahagiaan dalam hidupnya di dunia. Kebahagian tak bisa dibeli dengan materi. Bagi seorang perempuan dewasa dibutuhkan lebih dari sekedar harta. Seperti apa yang dialami oleh Sari sekarang. Dia butuh dimanja, dimengerti perasaannya, dan kurang mendapatkan penghargaan dari sang suami. Apakah ini yang menyebabkan dia ingin kembali dalam pelukan Arif, lelaki masa lalunya?
Selama pacaran dengan Arif, padahal Sari tidak pernah dicium ataupun dipeluk oleh Arif dan hal ini yang terus membuat Sari semakin cinta, Arif telah menjaga kehormatan remajanya dikala itu.
“Sudah lama saya ingin bercerai, namun dulu karna lagi mengandung anak kedua, suami saya bilang tunggu dulu sampai bayi itu lahir, saya sudah tak sanggup lagi menjadi bonekanya”
Saya tidak pernah dihargai, mau kemana-mana saya sendiri tak pernah ditemani apalagi diajak jalan-jalan dengan anak-anak. Dia sibuk kerja, tapi uangnya nggak pernah dia kasih tahu, semua keperluan anak-anak itu dari gaji saya. Saya menyerah.
Maka biarkan saya mencintai Arif, karna saya merasa nyaman disamping dia. Kemaren saya diantar pulang oleh Arif, suami saya ada melihatnya tetapi dia nggak bilang apa-apa atau bertanya itu siapa.
Aku sebagai temanmu Sar, nggak tahu mau bilang apalagi. Karna aku tak ingin terjebak dalam persoalan rumah tangga mu dan cinta terlarang mu ini. Disatu sisi kamu ingin bercerai sedangkan sisi lain kamu mencintai Arif yang masih lajang dan belum punya penghasilan. Memang dia seorang guru tapi itu masih bakti. Aku hanya bisa mengatakan bahwa fokuslah. Selesaikan dulu satu persatu persoalan mu. Jika kau juga tanya padaku, ya mungkin aku juga sependapat dengan ayah dan ibu mu. Kau berhak menentukan hidup mu, tapi jika keluarga Arif tak bisa menerima kehadiran mu dan itu jangan kau salahkan siapa-siapa.
“Kau suruh aja Arif kawin terus, biar aku mampu melupakan dia. Kalau dia sudah kawin pasti dia sudah tidak bisa lagi aku bertemu”.
Orang tuanya juga lagi mencari perempuan yang cocok buat dia, perempuan yang diinginkan oleh orang tuanya itukan yang bisa melanjutkan usaha dagang mereka yang lama dibangun.
Sar, jika memang kau sadar, kau tak lagi bertingkah seperti perempuan berusia 17 tahun kek gini, saat dia sakit jangan kau perlihatkan seakan kau masih di SMA.
“Aku masih sangat mencintainya, dan jangan pernah menahanku untuk lari bersama cintaku..Arif!”

Editor : Arby Sabi Syah

Sumber : https://inasoos.wordpress.com/2013/01/12/aku-masih-sangat-mencintainya-walau-aku-seorang-istri/

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com