Senin, 11 Oktober 2010

Romantic Intimacy

“GOMBAL! Kalau, iya, apa kamu ingat sekarang hari apa?”
“Bukan hari Selasa!!!!!”
“Hari ini kan hari ulang tahun pernikahan kita. Kenapa kamu bisa lupa?!”


Bagi para istri, sepertinya ini bukan cerita baru , ya? Terlalu sering sudah kita mengalaminya. Sedih. Jengkel. Marah. Sedangkan bagi para suami, paling-paling hanya senyum-senyum dan cengengesan nggak jelas. Ya, kan?

“Bagi saya, tanggal bukan sesuatu yang penting, sayang…. Kamu juga tahu, kan, kalau ulang tahun sendiri pun saya suka lupa. Sejak kecil saya memang tidak terbiasa merayakan hal-hal yang seperti ini.Yang lebih penting, kan, kamu tahu kalau saya sangat mencintaimu.”


Habis sudah air mata yang bercucuran di pipi ini. Kenapa, sih, mereka nggak mau ngerti-ngerti juga? Yang penting bagi kita dianggap tidak penting, sementara yang penting bagi mereka harus kita aggap penting. Egoisnya!!!

“Kenapa saya nggak bisa dapat suami seperti perempuan-perempuan lain, sih? Saya, kan juga ingin diajak romantic candle light dinner lagi. Dikirimi mawar, biarpun hanya setangkai! Atau paling nggak, dikasih kartu ucapan dengan kata-kata romantis di dalamnya. Nggak usah kartu, deh! Secarik kertas kecil pun cukup! Yang penting ingat.…” Huhuhuhuhu…

Sepele dan sering dilupakan. Terlalu dibesar-besarkan, kalau kata kebanyakan suami. Tapi jangan salah, ini justru bisa menjadi masalah besar. Pertengkaran hebat. Sakit hati. Dendam. Yang lebih malas lagi, diungkit-ungkit terus setiap kali ada masalah. Betul nggak, para suami?

Ini baru satu hari. Masih ada hari-hari lainnya. Hari ulang tahun, hari pertama kali bertemu, hari pertama kali jadian, hari waktu dilamar…. Wah, buanyak banget, deh! Bikin tambah bete aja!

Ini sebenarnya bukti kurangnya komunikasi antara suami dan istri. Keinginan antara satu-sama lain yang belum diungkap dan belum diperhatikan secara serius. Begitu juga kurang informasi yang diterima satu sama lain mengenai hal yan disukai dan hal yang tidak disukai. Jangan salah, bisa memicu ketidakharmonisan sebuah rumah tangga, lho! Apa yang disebut sebagai romantic intimacy atau romántisme bercintanya jadi hilang dan “rasa” pun menjadi hámbar. Memangnya enak disuruh tidur di sofa lagi, di sofa lagi!

Sebelum menikah, kita memiliki kehidupan masing-masing dengan kebiasaan masing-masing yang biasanya jauh berbeda. Setelah menikah, ada banyak sekali persamaan dan perbedaan yang harus di-adjust lagi dan selama bukan masalah prinsip, seharusnya bisa terjadi toleransi yang dibicarakan bersama.

Para istri hendaknya jangan pernah bosan memberitahu apa yang diinginkannya, karena kebanyakan kasus, istrilah yang paling banyak menyimpan unek-unek dan tidak memiliki keberanian untuk berterus terang. Buntutnya jadi bete sendiri, marah-marah sendiri, ngoceh sendiri. Capek, dweeeeh! Tapi jangan pakai urat dan otot, ya, dalam mengungkapkannya! Lebih enak pakai hati dan otak. Biar lebih santai dan lebih masuk, maksudnya.

Para suami juga hendaknya bisa menerima atau paling tidak mendengar seluruh ungkapan isi hati orang yang katanya paling kalian cintai ini. Rasional tidak rasional, remeh temeh atau penting, bukan yang menjadi prioritas utama di sini. Belajar untuk bisa mengerti keinginan orang yang kita sayangi, kan, bukan sesuatu yang salah. Lagipula, ini juga buat kesenangan kalian juga. Tahu sendiri, kan, rasanya kalau istri sedang happy…. Apapun yang berhubungan dengan kata “puas” bisa tercapai, lho!!!
Selamat bicara!!!

Salam,
Mariska Lubis

Repost Kompasiana.com 27 September 2009

Sumber : http://bilikml.wordpress.com/2010/10/11/romantic-intimacy/

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com