Rabu, 13 Oktober 2010

Seks dan Pemimpin

Ada apa dengan masalah seks para pemimpin?! Kenapa sampai tidak bisa memimpin?! Apa karena memang tidak memiliki sifat kepemimpinan?! Apa jangan-jangan-jangan punya masalah dengan seks sampai tidak bisa memiliki sifat kepemimpinan itu?! Yang paling parah lagi kalau pola pikir dan cara pandang tentang seksnya masih ngawur!!! Bayangkan kalau punya pemimpin yang pikirannya sempit dan melihat seks hanya sebatas seonggok daging di belahan paha saja?! Waduh ngeri banget, deh!!!

Terkadang dan bahkan seringkali, seks dijadikan sebagai sesuatu yang tidak berarti. Terlalu cetek untuk dipikirkan, apalagi bagi mereka yang memang sudah pintar. Terlalu remeh-temeh untuk dijadikan sesuatu yang penting, apalagi bagi mereka yang memang sudah penting. Meskipun seks seringkali dijadikan tujuan dan kenikmatan seks yang paling diburu. Yah, semua ini membuat saya sedih?! Justru karena cetek dan remeh temeh inilah, seharusnya menjadi sesuatu yang berharga dan dihormati. Soalnya, seks memang penting dan sebaiknya benar-benar dipahami. Namanya juga anugerah, masa, sih, harus disia-siakan terus?!

Coba perhatikan saja masalah prostistusi dan penjualan anak. Juga penyebaran penyakit kelamin juga HIV dan AIDS. Apakah ini semua harus dianggap sepele dan remeh temeh?! Bukan sesuatu yang penting untuk disikapi?! Bukan sesuatu yang harus dipikirkan secara serius?! Pantas saja masalah ini terus berlarut!!! Mau sampai kapan semua ini bisa menjadi lebih baik?!

Bagaimana juga dengan banyaknya kasus pelecehan seksual yang marak terjadi, baik yang dilakukan oleh masyarakat umum maupun mereka yang menjadi pemimpin. Apa karena mereka seorang pemimpin yang berkuasa, jadi berhak melakukan itu semua?! Bila cara berpikir dan pola pandangnya seperti ini, tidak heran kalau masalah pelecehan seksual yang terjadi pada tenaga kerja wanita Indonesia tidak ditanggapi serius. Apa karena memang sudah “dijual” lalu majikannya berhak melakukan itu semua?! Di mana hati dan nurani?!

Belum lagi kasus-kasus yang terjadi akibat penyangkalan atas apa yang sebenarnya diderita dan dialami. Dari hasil survey yang pernah saya lakukan di Bandung, terhadap 150 orang pria, 89 persen di antaranya mengaku tidak memiliki masalah tentang seks. Sementara itu, 74 persen di antaranya mengaku melakukan hubungan seksual dengan pasangannya kurang dari satu minggu sekali. Padahal yang sehat dan dianjurkan adalah seminggu dua kali. Faktor utama yang mereka akui adalah karena stress dan juga jenuh. Berarti memang ada masalah, kan, seharusnya?! Nah, kenapa tidak mau diakui?! Kenapa harus ditutupi?!

Akibat dari penyangkalan masalah tentang seks ini banyak sekali. Salah satu contohnya saja menjadi kasar dalam berperilaku. Tidak bisa konsentrasi dalam bekerja, terutama bagi mereka yang sudah masuk dalam kategori sex maniac, karena pikirannya selalu terganggu oleh pikiran kotor tentang seks. Belum lagi kemudian menjadi seorang yang pura-pura baik namun ternyata hanya menipu dan memanfaatkan saja. Menjebak korbannya dengan apa yang disebut sebagai sympathy sex. Banyak banget, masalah yang bisa terjadi, yang tentunya tidak hanya merugikan diri sendiri dan keluarga, tetapi juga seluruh masyarakat, dan bahkan dunia ini. Apalagi kalau mereka seorang pemimpin. Waduh!!!

Bila tidak memiliki masalah psikologis dan kesehatan tentang seks pun, bila tetap tidak juga mau memikirkannya secara mendalam, maka apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah seks ini pun bisa menjadi tidak berarti apa-apa. Terus saja sibuk berkutat di masalah yang sudah ada dan cara penyelesaian yang sudah biasa dilakukan. Invosi untuk melakukan hal-hal yang baru jarang sekali dilakukan. Entah karena memang takut atau memang tidak memiliki kemampuan untuk memikirkannya. Apa yang seperti ini pantas menjadi pemimpin?! Apa yang seperti ini juga pantas disebut memiliki jiwa kepemimpinan?! Berpandangan luas dan jauh ke depan saja tidak bisa!!! Memiliki kreativitas dalam berpikir dan bertindak pun nggak ada?! Wah, kapan mau majunya negara ini?

Saya sampai sudah jenuh sendiri bila ada pembahasan soal seks yang hanya berkutat di soal tabu dan terbuka, Barat dan juga Timur. Apalagi kalau kemudian yang dipermasalahkan adalah soal situs dan VCD porno, yang dianggap sebagai penyebab keadaan ini terjadi. Lalu kemudian, berkutat lagi di masalah pendidikan yang berkisar pada maslah psikologis dan kesehatan saja. Apa tidak juga melihat bahwa ini sudah menyangkut ke mana-mana?! Politik, ekonomi, sosial, budaya, semuanya!!! Bagaimana bisa menyelesaikan masalah bila hanya berkutat di situ-situ terus?! Kenapa tidak dicari inti dari permasalahannya lalu kemudian baru dicari solusi terbaiknya?! Jangan menjadikan semua usaha yang baik menjadi sia-sia belaka!!!

Yang juga membuat saya semakin miris adalah politisasi atas semua keadaan ini. Memutarbalikkan fakta dan kenyataan yang sebenarnya dan bahkan mencoba menghapuskan sejarah dan masa lalu. Mengaburkan kebenaran dengan berbagai pembenaran yang terus saja diungkapkan dan dipromosikan. Sadar atau tidak sadar, tahu ataupun tidak tahu, itu semua justru yang merusak bangsa dan negara ini. Masa depan menjadi semakin suram tak karuan. Tega banget, sih?!

Memang semua ini lebih mudah dilakukan apalagi bila memiliki kepentingan pribadi biarpun mengatasnamakan kepentingan bersama. Masyarakat yang memang telah sejak awal dibuat “bodoh” dan hanyut menjadi manusia tontonan tentu saja hanya sedikit yang menyadarinya. Ditambah lagi dengan gangguan atas suara-suara yang isinya seputar provokasi dan hasutan. Semakin menjadi, deh!!! Yang pintar pun bingung apalagi yang bodoh?! Malah seringkali yang pintar jadi bodoh dan yang bodoh jadi pintar. Semuanya jadi terbolak-balik.

Maaf, nih!!! Saya jadi sangat berapi-api. Habis saya sudah kesal dan muak juga jenuh dengan keadaan sekarang ini. Saya tidak ingin semua ini terus berlanjut. Biarlah saya melakukan sesuatu walaupun mungkin tidak terlalu berarti ataupun bermanfaat. Saya memang memilih untuk tidak diam walaupun terkadang diam itu emas. Pokoknya saya tidak pernah mau dan tidak akan berhenti!!!

Bila memang ingin menjadi pemimpin, cobalah untuk memiliki wawasan dan pandangan yang luas. Belajar dan belajar terus. Jangan pernah menyepelekan hal-hal yang dianggap remeh dan tidak berarti. Selalu jujur pada diri sendiri dan jangan pernah takut untuk menjadi diri sendiri. Justru menjadi diri sendiri itulah kunci seseorang bisa memiliki jiwa kepemimpinan dan menjadi seorang pemimpin yang sebenarnya. Semua berarti semua. Tidak goyah ataupun gentar dan juga tidak pernah mau terbawa arus meskipun arus itu sangat deras. Memiliki pemikiran yang maju dan modern serta hati yang bersih. Bantu memberikan solusi yang benar-benar bermanfaat bagi masa depan. Bantulah manusia dengan menjadikan mereka manusia yang seutuhnya.

Rasakan dan dirikan cinta yang sesungguhnya!!! Ingatlah selalu bahwa ada Yang Di Atas sana yang Maha Mengetahui semua yang kita lakukan!!!

Biarlah manusia menilai dan mencibir namun yakinlah bahwa mimpi itu nyata!!! Seringkali hanya kegilaan yang bisa mengubah dunia!!!

Semua pasti bisa!!! Semua bisa menjadi pemimpin!!! Jadilah pemimpin untuk diri sendiri!!! Jadilah pemimpin untuk bangsa dan negara ini!!! Ayo!!!

Salam,

Mariska Lubis
2 Juni 2010

Sumber : http://bilikml.wordpress.com/2010/10/13/seks-dan-pemimpin/

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com